Caraku Melawan Bullying Dengan Prestasi
Apa yang akan Molzania bagikan melalui tulisan ini merupakan kisah nyata yang pernah Molzania alami semasa sekolah dulu. Berat rasanya menceritakan kembali luka lama. Ini bahkan menjadi semacam trauma tersendiri untuk Molzania. Tapi Molzania harap dengan tulisan ini, tidak akan ada lagi pihak-pihak yang tersakiti dan menjadi korban akibat kekerasan di sekolah.
Kekerasan di sekolah bukanlah hal yang baru dewasa ini. Istilahnya sering dinamakan dengan kegiatan school bullying. Pelakunya bisa saja anak-anak atau orang dewasa. Menurut laman berita Viva, 84 persen anak usia 12-17 tahun pernah menjadi korban bullying di sekolah. Hingga pertengahan 2017, terdapat 17 kasus bullying dengan 976 pengaduan. Jumlah ini meningkat pada tahun 2017.
Molzania sendiri sering menjadi korban bullying semasa sekolah dulu. Bagaimanapun Molzania merupakan satu-satunya anak difabel yang mencoba untuk menempuh sekolah di sekolah umum. Baik SD, SMP hingga SMU semua Molzania lalui di sekolah umum. Dan secara tidak langsung hal ini juga pada akhirnya membentuk kepribadian Molzania. Bahkan dampaknya terasa hingga saat ini.
Dulu sewaktu TK Molzania adalah anak yang aktif dan ceria. Molzania sempat mengenyam bangku TK hingga beberapa bulan lamanya sebelum musibah itu datang. Saat berumur 3,5 tahun, Molzania terserang penyakit ensepalitis atau radang otak sehingga mobilitas fisik Molzania terganggu. Hal inilah yang pada akhirnya membuat Molzania harus selalu menggunakan tongkat ketika berjalan. Pada saat ke sekolah, Molzania diantar jemput menggunakan mobil.
Awal-awal masuk sekolah dasar dulu, semuanya terasa menyenangkan. Molzania berteman baik dengan semua teman di kelas. Namun memasuki kelas 2 SD, masalah itu mulai datang. Molzania kerap dijadikan bahan ejekan oleh teman-teman di kelas Molzania. Mungkin mereka menganggap Molzania sebagai murid yang tidak bisa apa-apa. Kondisi ini membuat Molzania enggan untuk pergi ke sekolah.
Puncaknya terjadi sewaktu Molzania duduk di kelas 3 SD. Ada kejadian konyol Molzania lakukan yang hingga saat ini Molzania sesali. Jadi sewaktu kelas 3 SD Molzania melakukan aksi mogok sekolah. Semua ini Molzania lakukan karena tidak betah berlama-lama di dalam kelas. Hal ini pula yang membuat orangtua Molzania "menghukum" dengan pengalaman yang benar-benar unik dan berharga. Seharian itu Molzania dibawa ke jalanan untuk menyaksikan kerja anak-anak pengamen yang tidak mempunyai kesempatan untuk bersekolah. Melihat mereka semua membuat Molzania semangat untuk bersekolah lagi.
Lama-lama Molzania makin terbiasa dengan sikap bullying ini. Dan mereka yang melakukan tindakan tersebut masih orang yang sama yang kebetulan sekelas lagi denagn Molzania. Anehnya mereka selalu duduk berdekatan meja dengan Molzania. Molzania dulu berpikir seperti ini, sepanjang itu tidak mengarah ke fisik, Molzania berusaha untuk menahannya. Paling hanya bisa menangis di dalam hati. Suatu keuntungan tersendiri kalau Molzania ini orangnya cuek dan tidak peduli akan cemoohan orang lain. Biasanya setelah mengalami semua perlakuan tidak menyenangkan itu, begitu tiba di rumah Molzania akan melupakannya begitu saja.
Pernah sewaktu kelas 4 SD, Molzania janjian untuk membawa bekal bergilran dengan beberapa teman. Kebetulan ada satu teman yang memang sudah bermasalah dengan Molzania sejak awal sekolah ikut bergabung. Hari pertama teman sebangku Molzania membawa bekal lalu kita makan bersama-sama tanpa masalah. Sesampainya di rumah, Molzania pun meminta mama untuk membuatkan bekal saat giliran Molzania tiba.
Eng.. Ing... Eng.. tibalah hari giliran Molzania. Tebak apa yang dilakukan teman Molzania yang satu itu? Dia membuang bagian nasinya ke kotak sampah di luar kelas. Lalu seenaknya saja bilang bahwa nasi goreng buatan mama Molzania tidak enak di depan semua orang. Entah kenapa. Melihatnya teman-teman Molzania yang lain malah ikut-ikutan. Meski mereka sempat mencicipi nasi goreng itu dan tidak ada masalah sebelumnya.
Akhirnya bekal milik Molzania sendiri dibawa lagi kerumah. Tidak jadi Molzania makan karena sudah kehilangan selera. Mama Molzania bertanya kenapa bekalnya tidak habis? Molzania lalu menceritakan kejadian yang Molzania alami di sekolah. Mama Molzania tidak marah, malah membesarkan hati Molzania.
Saat duduk di bangku kelas 6, Molzania terpaksa harus pindah sekolah. Sekolah lama memutuskan untuk mengeluarkan Molzania dikarenakan mereka tidak menyediakan kelas di lantai dasar. Pindah sekolah membuat Molzania mengulang semuanya dari awal. Molzania harus beradaptasi dengan semua hal yang baru. Mulai dari pelajaran, guru, maupun dengan teman. Ini bukanlah hal yang mudah. Terlebih Molzania pernah mengalami semacam trauma psikis akibat perlakuan yang Molzania terima di sekolah yang lama.
Di sekolah yang baru, Molzania sempat bersitegang dengan teman sekelas. Ya, memang kali ini kesalahan Molzania sih. Molzania entah kenapa bawaannya selalu curiga dengan orang lain. Mungkin karena efek hinaan dan cemoohan yang pernah Molzania dapat. Masalahnya yang berawal dari kesalahpahaman belaka, pada akhirnya semua berjalan baik-baik saja. Molzania perlahan mencoba berusaha terbuka dengan lingkungan yang baru. Dan mulai mendapat banyak teman.
Masa-masa terakhir di sekolah dasar berakhir dengan baik. Molzania pun masuk ke SMP. Sebagaimana orang lain, disini pun Molzania mengalami indahnya masa-masa ABG. Tidak banyak perlakuan bullying yang Molzania terima. Paling hanya segelintir anak yang Molzania anggap mereka iri dengan prestasi Molzania di sekolah.
Tak terasa sudah masuk kelas 3 SMP, dan disinilah pada akhirnya Molzania harus mengalami tindakan bullying kembali. Seorang teman wanita yang cukup dekat dengan Molzania melakukan kekerasan fisik terhadap Molzania. Teman wanita ini awalnya memang cukup sering membuat masalah di sekolah. Sebelum kejadian malahan dia pernah mendapat tindakan kekerasan dari orangtuanya. Molzania terpilih menjadi sasaran empuk pelampiasan atas emosi yang dipendamnya selama ini.
Masalahnya hanya sepele sih. Rebutan pensil warna. Tapi berubah menjadi besar ketika kami kemudian ribut. Teman wanita ini yang memulai duluan menghina Molzania dengan kata-kata yang tak pantas. Dan ketika akhirnya teman Molzania ini melakukan kekerasan, ini disaksikan oleh semua orang di kelas. Guru Molzania sedang kebetulan tidak ada di kelas saat itu.
Disinilah Molzania merasa harus mulai bertindak. Ini sudah kelewat batas. Kalian boleh berpendapat apapun tentang Molzania, tapi TIDAK dengan KEKERASAN. Molzania pun mencoba mengadu pada guru. Lalu sesampainya di rumah, Molzania memberitahukan hal ini kepada orangtua. Mama Molzania marah sekali mendengar cerita Molzania. Lantas mama pun menghadap kepala sekolah, sehingga akhirnya teman wanita Molzania dan beberapa teman yang menjadi saksi kejadian tersebut disidang di kantor kepala sekolah.
Mama mengancam akan melaporkan kejadian ini ke polisi jika ada lagi yang melakukan kekerasan fisik pada anaknya. Akhirnya teman Molzania ini meminta maaf. Masalah selesai? Tidak. Hubungan kami menjauh akibat kejadian itu. Tapi sejak peristiwa itu tak pernah ada lagi mereka yang melakukan kekerasan pada Molzania.
Keesokan harinya tersebarlah gosip-gosip dan fitnahan yang tidak enak pada Molzania. Molzania tidak mau asal tuduh siapa yang pertama kali menyebarkannya. Semua teman mempercayai fitnah itu. Molzania mulai dijauhi teman-teman satu persatu. Mereka memang tidak secara terang-terangan memusuhi, melainkan berbicara di belakang. Alhamdulillah ada beberapa teman yang tidak terpengaruh gosip itu. Mereka malah berusaha untuk mendukung dan menghibur Molzania.
Sedari awal sudah Molzania katakan, kalau Molzania ini orangnya cuek. Biarlah orang lain mau berpendapat apa. Just be yourself. Namun fitnahan itu mau tak mau juga membuat kuping menjadi panas. Bagaimanapun Molzania hanyalah manusia biasa yang punya hati. Untungnya saat itu Molzania mau menghadapi ujian nasional. Daripada Molzania sakit hati, Molzania melampiaskannya dengan belajar dan ibadah sungguh-sungguh.
"Bertahanlah, Mol. Waktumu disini hanya 3 bulan lagi.. Setelah itu kau akan masuk SMU" batin Molzania menguatkan. Do'a orang teraniaya akan dikabulkan oleh Allah SWT. Jadi lebih baik Molzania pasrahkan semuanya pada-Nya.
Tak dinyana Molzania berhasil menorehkan prestasi. Allah SWT memberikan bonus atas doa dan ikhtiar. Molzania menyabet Juara Umum I di seluruh sekolah. Sesuatu yang tak pernah Molzania duga sebelumnya. Nilai-nilai Molzania nyaris sempurna. Dan semua ini mampu meredam semua fitnahan dan gosip-gosip tadi. Jujur selama ini Molzania asal-asalan belajar. Tapi sejak peristiwa itu, Molzania terus menghabiskan waktu dengan berlatih soal-soal ujian di rumah.
Duduk di bangku SMU, masalah bullying terhadap Molzania ternyata belum selesai. Molzania harus beberapa kali mendapatkan perilaku tidak menyenangkan dari teman-teman. Hanya berupa ejekan dan sesekali candaan. Tapi semua itu diakibatkan oleh mereka itu memang terkenal nakal dan suka iseng di sekolah. Molzania tak pernah ambil pusing dengan semua itu. Dan semua perilaku tersebut Molzania hadapi dengan cara Molzania sendiri. Menutup mata dan telinga seolah semua itu tidak terjadi.
Seiring dengan perkembangan teknologi, berubah pula cara teman-teman melakukan kekerasan terhadap Molzania. Salah satunya dalam bentuk cyber bullying lewat media sosial Facebook. Contohnya seperti dibawah ini. Sengaja Molzania abadikan padahal kejadian ini sudah bertahun-tahun yang lalu. Molzania menduga si teman ini hanya iri dengan nilai Molzania yang kebetulan mendapat yang tertinggi di seluruh kelas IPS.
Molzania lagi-lagi berusaha untuk tidak terpengaruh perkataan si teman. Pada akhirnya Molzania berhasil masuk 3 besar mengalahkan rival Molzania itu. Terulang kembali peristiwa beberapa tahun yang lalu dimana Molzania mendiamkan mereka yang menghina dengan catatan prestasi. Teman Molzania ini pun mau tak mau harus mengakui kekalahannya lewat komentar status pula.
Dari apa yang sudah Molzania alami diatas, Molzania belajar akan suatu hal; bahwa bullying itu dimulai dari hal-hal kecil. Bullying mempunyai efek domino. Pelaku bullying mungkin saja bisa diakibatkan karena perilaku bullying yang diterimanya di masa lalu. Ketika sobat berusaha abai terhadap bullying kecil, maka suatu saat kita akan mengalami hal yang lebih besar. Mengarah kepada kekerasan fisik misalnya. Jadi ini tidak bisa dibiarkan.
Molzania bisa saja abai terhadap bullying-bullying kecil tersebut. Tapi mau tak mau Molzania juga merasakan dampaknya hingga saat ini. Begitu masuk ke lingkungan baru, Molzania merasa gemetaran dan keringat dingin. Molzania tidak bisa langsung beradaptasi. Selalu merasa gugup bila bertemu dengan orang-orang baru. Was-was terhadap pendapat mereka tentang Molzania.
Meski mereka sebenarnya orang-orang baik, tak jarang Molzania bawaannya merasa curiga. Takut bila seandainya sewaktu-waktu tindakan bullying itu kembali Molzania rasakan. Makanya begitu berada di tempat baru, Molzania tidak langsung bisa berbicara dengan akrab. Terlebih dahulu Molzania mengamati situasi sekitar. Malahan tak jarang cara bicara Molzania berubah gagap. Semua itu karena kekhawatiran Molzania akan orang-orang yang baru Molzania lihat.
Molzania pada saat itu melakukan tindakan benar. Mengadu pada orangtua usai mengalami kekerasan. Kalau tidak bisa saja teman-teman yang tidak suka dengan Molzania kembali melakukan kekerasan fisik. Bahkan mungkin bisa lebih hebat. Untuk itu bila adik-adik yang masih sekolah mengalami hal serupa, JANGAN SEGAN-SEGAN mengadukan hal tersebut pada orangtua. Bahkan bila guru-guru di sekolah sudah menganggap masalahnya selesai.
Mudah-mudahan dari pengalaman Molzania, kita semua belajar bahwa tindakan bullying kepada sesama teman apalagi bila teman itu anak disabilitas adalah tindakan yang buruk. Meskipun apa yang kita lakukan didasarkan pada niatan untuk bercanda, itu sama sekali nggak lucu sobat. Sudah banyak yang menjadi korban atas perilaku bullying.
Bayangkan yang terjadi bila saat Molzania menerima kekerasan fisik tersebut lantas hanya berdiam diri dan tidak melakukan apapun? Mungkin pelakunya bisa lebih banyak. Bahkan kekerasan fisik itu akan berubah menjadi kekerasan seksual. Tentunya ini yang terlintas dalam pikiran Molzania saat itu. Sampai batas ini, Molzania pun mengambil tindakan. Atau hidup dan mati akan menjadi pilihan berikutnya.
Berikut tips-tips melawan bullying saat di sekolah ala Molzania:
1. Miliki Sifat Berani Karena Benar Takut Karena Salah
Sepanjang kita merasa tidak melakukan kesalahan apapun, jangan pernah takut untuk bertindak dengan benar. Orangtua Molzania di rumah selalu mewanti-wanti untuk tidak takut pada siapapun pihak diluar sana selain pada Allah SWT tentunya. Terlebih kepada teman sekolah atau pacar. Bila terdapat ancaman, hal ini justru menjadi keuntungan tersendiri. Hukuman mereka bagi pelaku bullying akan semakin berat.
2. Menjadi Anak yang Berprestasi
Percayalah anak berprestasi cenderung akan lebih dihargai dan diperhatikan. Terlebih bila mereka berprestasi dalam bidang akademis. Namun ada kalanya bila anak berprestasi itu tidak melawan, ia justru akan menjadi sasaran empuk bagi pelaku bullying. Mereka akan dimanfaatkan untuk menjadi tempat contekan misalnya. Itu terjadi pada Molzania semasa sekolah dulu sebelum tindakan kekerasan diatas. Namun prestasi kita akan membuat pelaku bullying menjadi segan. Apalagi usai perbuatan kekerasannya diketahui semua orang.
3. Jadilah Diri Sendiri
Anonim berkata, "If people trying to bring you down, it means that you are above them". Pernah baca kisah dua beranak dan seekor keledai? Hikmahnya melalui kisah itu kita dituntut untuk menjadi diri sendiri. Jangan pernah membiarkan perkataan orang lain mempengaruhi dirimu. Semua fitnah dan gosip-gosip yang beredar diluar sana memang menyakitkan. Tetapi lebih baik kita melakukan hal yang menyenangkan ketimbang berlarut-larut dengan kesedihan.
4. Lapor Bila Alami Bullying
Segera lapor pada orang dewasa di sekitar kalian sesaat setelah mengalami tindakan bullying. Apalagi bila sampai terjadi kekerasan. Bila berada di lingkungan sekolah, sebaiknya segera melapor pada guru. Sesampainya dirumah jangan sungkan lapor pada orangtua. Bila semua itu tidak mendapat tanggapan yang berarti, maka kalian bisa segera mengadu melalui Layanan Sahabat Anak (TESA) di nomor telepon 129. Dulu zaman Molzania belum ada layanan seperti ini. Kalau ada sih, kemungkinan Molzania juga lapor kesini.
5. Jangan Jadi Pelaku Bullying
Setelah merasakan nggak enaknya dibully, masa iya rantai itu terus berlanjut? Putuskan segera rantai benalu itu. Inginnya sih balas dendam, tapi perbuatan itu juga nggak baik. Bila si pelaku sudah meminta maaf, jangan sungkan untuk menerima permintaan maafnya. Tapi nggak semudah itu juga. Ibarat cermin retak, tentu persahabatan nggak mungkin bisa seakrab dulu. Apalagi bila kita memiliki semacam trauma tersendiri saat berteman dengannya. Tips Molzania sih lebih baik kamu mencari sahabat yang lain, tapi tetap tegur dan menyapa hangat teman yang menjadi pelaku bullying itu ya?
Itulah sedikit tips dari Molzania tentang cara melawan bullying. Mudah-mudahan bisa menginspirasi kamu agar terhindar dari tindakan kekerasan saat di sekolah. Salam hangat dari Molzania.
No comments:
Post a Comment